Senin, 25 Juni 2012

inovasi kurikulum dan pembelajaran

INOVASI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Disusun oleh:
Acep Anton Patoni
A.    Pengertian Inovasi
Inovasi berasal dari kata latin, yaitu innovation, yang artinya pembaharuan dan perubahan, kata kerjanya innovo, artinya membaharui dan mengubah. Jadi, inovasi adalah suatu perubahan yang baru menuju kearah perbaiakan atau berbeda dari yang sudah ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan terencana (tidak secara kebetulan) . Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada. Menurut pendapat lain inovasi adalah suatu perubahan yang baru dan bersifat kualitatif, berbeda dari hal yang sebelumnya, serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan .
Inovasi dapat diartikan sebagai suatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuk atau wujudnya “sesuatu  yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya sesuatu yang baru itu bisa benar-benar yang baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invention, atau dapat juga tidak benar-benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks social yang lain yang kemudian disebut dengan istilah discovery.
Kata inovasi (pembaharuan), memiliki pengertian yang sama dengan kata invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru dari hasil karya manusia. Sedangkan discovery adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan sebagai usaha menemukan sesuatu (benda) yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery.
Sedangkan kata “pembelajaran’’ merupakan terjemahan dari ‘’instruction’’, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Dalam istilah ‘’pembelajaran’’ yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasil- hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar. Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik.
Dengan demikian inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan.
B.    Ciri-ciri Inovasi Pendidikan
Ciri-ciri inovasi pendidikan dapat dikenal dengan beberapa identifikasi, namun menurut Ashby 1967 ada empat :
1.    Ketika masyarakat atau orang tua mulai sibuk dengan peran keluarga sehingga tugas pendidikan anak sebagian digeser dari orang tua pindah ke guru atau dari rumah ke sekolah.
2.    Terjadi adopsi kata yang ditulis ke instruksi lisan
3.    Adanya penemuan alat untuk keperluan percetakan yang mengakibatkan ketersediaan buku lebih luas.
4.    Adanya alat elektronika yang bermacam-macam radio, telepon, TV, computer, LCD proyektor, perekan internet, LAN, dsb.
C.    Prosedur Pengembangan Inovasi (Dalam Memprakarsai Pengembangan Sistem Inovasi Daerah)
1.    Kerangka pikir pembangunan yang berbasis pengetahuan daya saing dan kohesi sosial
2.    Memprakarsai pengembangan sistem inovasi daerah workshop “ membangun sistem inovasi daerah”  pusat teknologi informasi dan komunikasi (PTIK) badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT)
3.    Kerangka strategis pengembangan SID penguatan kelembagaan bagi pengembangan SID review beberapa konsep atau pengertian kesejahteraan atau kemakmuran, kemandirian & peradaban bangsa isu-isu kontekstual klaster industri sistem inovasi kemajuan iptek, inovasi ekonomi pengetahuan ekonomi jaringan globalisasi faktor-faktor lokalitas  kecenderungan dan tantangan universal:
•    SDM yang terdidik, kreatif, dan terampil
•    Infrastruktur komunikasi yang dinamis
•    Sistem inovasi yang efektif    
•    Pemerintahan, insentif ekonomi dan rejim kelembagaan yang mendukung Knowledge Economy Knowledge Society.
•    Sistem informasi dan komunikasi
•    Pembelajaran seumur hidup dan budaya inovasi
•    Sistem inovasi yang efektif
•    Modal sosial
•    Kepemimpinan/kepeloporan dalam pemajuan sosial budaya masyarakat
•    Rejim kebijakan yang kondusif
4.    Tantangan di Indonesia
•    Kondisi dasar yang belum teratasi sebagai prasyarat agar upaya pengembangan atau penguatan SIN dapat ditingkatkan;
•    Persoalan atau isu pokok yang perlu dipecahkan agar SIN berkembang dan kemajuannya dapat dipercepat
•    Rendahnya kepeloporan untuk melakukan perbaikan dalam jangka panjang dan
•    Fragmentasi kebijakan di berbagai bidang.
5.    Stategi Pokok
•    Memperbaiki kondisi dasar sebagai prasyarat bagi peningkatan upaya pengembangan atau penguatan SIN.
•    Melakukan reformasi kebijakan inovasi di berbagai sektor/bidang dan lintas-sektor atau bidang serta pada tataran pemerintahan yang berbeda, secara bertahap dan berkelanjutan.
•    Mengembangkan kepemimpinan (leadership) dan memperkuat komitmen nasional dalam pengembangan penguatan sistem inovasi nasional dan daerah.
•    Meningkatkan koherensi kebijakan inovasi di tingkat nasional dan daerah.
6.    Kerangka dan Elemen Penting bagi Perkembangan Sistem Inovasi Daerah
•    Pengetahuan “Lokal”
•    Embodied
•    Disembodied ( tacit dan yang terkodifikasi)
•    Pengetahuan “Global” (Nasional & Internasional)
•    Embodied
•    Disembodied ( tacit dan yang terkodifikasi)
•    Kebutuhan “Pasar”
•    Lokal
•    Global (antar daerah, nasional, internasional)


D.    Masalah Pendidikan sebagai Sumber Inovasi
1.    Masalah Relevansi Pendidikan
Yang dimaksud dengan relevansi adalah kesesuaian antara kenyataan atau pelaksanann dengan tuntutan dan harapan. Dalam dunia pendidikan, relevansi adalah kesesuaian antara pelaksanaan dan hasil pendidikan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Masalah relevansi pendidikan ini dapat dilihat dari tiga sisi: Pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup siswa, artinya apa yang diberikan di sekolah harus sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan tuntutan masyarakat tempat siswa tinggal. Kedua, relevansi kehidupan dengan tuntutan kehidupan siswa baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan dating. Relevansi ini mengandung pengertian bahwa isi kurikulum harus mampu menjawab kebutuhan siswa pada masa yang akan dating. Ketiga, relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja. Relevansi ini mengandung pengertian bahwa sekolah memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan anak didik yang memiliki keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
2.    Masalah Kualitas Pendidikan
Rendahnya kualitas pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, pertama dari segi proses dan kedua dari segi hasil. Rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari sisi proses, adalah adanya anggapan bahwa selama ini proses pendidikan yang dibangun oleh guru dianggap cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau bertumpu pada pengembangan aspek kognitif tingkat rendah, yang tidak mampu mengembangkan kreativitas berfikir proses pendidikan atau proses belajar mengajar dianggap cenderung menempatkan siswa sebagai objek yang harus di isi dengan berbagai informasi dan bahan-bahan hafalan. Dilihat dari sisi hasil, rendahnya kualitas pendidikan dapat dilihat dari tidak meratanya setiap sekolah dalam mencapai rata-rata nilai Ujian Nasional. Ada sekolah yang dapat mencapai rata-rata UN yang tinggi, namun dilain pihak banyak sekolah yang mencapai UN jauh dibawah standar.
Beberapa usaha yang dilakukan untuk memecahkan massalah tersebut diantaranya dengan meningkatkanb kualitas guru dan perbaikan kurikulum, serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang lebih lengkap dan lebih memadai.

3.    Masalah Efektivitas dan Efesiensi
Efektivitas berhubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang didesain oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, baik tujuan dengan skala yang sempit seperti tujuan pembelajaran khusus, maupun tujuan dalam skala yang lebih luas, seperti tujuan kurikuler, tujuan institusional dan bahkan tujuan naaional. Dengan demikian dalam konteks kurikulum dan pembelajaran suatu program pembelajaran dikatakan memiliki efektivitas yang tinggi manakala program tersebut dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan.
Efisiensi berhubungan dengan jumlah biaya, waktu dan tenaga yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, suatu program pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi manakala dengan jumlah biaya yang minimal dapat menghasilkan atau dapat mencapai tujuan yang maksimal. Sebaliknya program dikatakan tidak efisien apabila biaya dan tenaga yang dikeluarkan sangat besar, akan tetapi hasil yang diperoleh kecil.
4.    Masalah Daya Tampung yang Terbatas
Masalah lain yang dihadapi pendidikan adalah masalah terbatasnya daya tamping sekolah khususnya pada tingkat SLTP. Masalah ini muncul setelah keberhasilan penyelenggaraan SD Inpres yang mengakibatkan meledaknya lulusan sekolah dasar, sehingga menurut pemerintah untuk menyediakan fasilitas agar dapat menampung para lulusa SD yang hendak melanjutkan ke SLTP. Keberhasilan program Inpres ini juga membawa dampak kepada permasalahan akan banyaknya minat lulusan SD yang hendak melanjutkan ke SLTP, padahal kondisi geografis, social, ekonomi mereka yang kurang mendukung. Untuk memecahkan masalah yang demikian, pemerintah memerlukan langkah-langkah yang inovatif yaitu langkah yang dapat menyediakan kesempatan belajar seluas-luasnya untuk mereka dengan biaya yang rendah tanpa mengurangi mutu pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA
Ruswandi, Uus, landasan pendidikan, Bandung: CV. Insan Mandiri, 2011
Sanjaya. Wina, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Sutikno. Sobry, Landasan Pendidikan, Bandung: Prospect, 2008.
Hamalki Oemar, Kurikulum dan Pembelajran, Jakarta ; PT Bumi Aksara, 2003.
Saud Sefudi Udin, Inovasi Pendidkan, Bandung ; PT Alpabeta, 2008
www.google.com. diakses pada hari jum’at, 10 Juni 2011, pukul 16:00

Tidak ada komentar: